 
				
PEMIMPIN YANG MENGHARGAI HARTA RAKYAT
Memang susah untuk menjadi pemimpin yang bersih dan tidak mahu menggunakan harta rakyat untuk kepentingan pesribadi. Kendati demikian, bila kita mahu, ternyata dengan kesungguhan hal itu boleh sahaja dilakukan. Umar bin Abdul Aziz dalam beberapa kejadian telah mencontohkannya kepada kita. Hal ini menunjukkan sikap berhati-hati seorang pemimpin dalam urusan harta.
Suatu malam yang sudah larut dan Umar juga sudah tidur, datang seorang utusan dari daerah dan minta izin untuk berjumpa dengan khalifah Umar. Maka, beliau dibangunkan dari tidurnya dan Umar menjemputnya masuk. Umar mengambil lilin yang besar dan menyalakannya sehingga ruangan itu menjadi terang. Beliau mempersilahkan utusan itu untuk duduk. Banyak perkara yang ditanyakan oleh Khalifah Umar kepada utusan itu, sama ada mengenai keadaan kaum.
Muslimin mahupun orang-orang kafir yang berada di daerah itu yang memang harus diperlakukan dengan baik, Umar juga bertanya tentang keadaan para pengawai negeri, harga-harga barang di pasar, anak-anak keturunan muhajirin, anshar, serta orang-orang miskin. Apakah hak-hak mereka terpenuhi, apakah ada keraguan dalam jiwa mereka tentang hak-hak itu, dan apakah ada orang yang terzalimi?
Semua pertanyaan itu dijawab oleh sang utusan gubernur dengan baik dan apa adanya, tidak ada yang tertinggal atau disembunyikan. Setelah menjawab pertanyaan dan menyampaikan maksud kedatangannya, sang utusan itu kemudian bertanya tentang hal-hal yang bersifat peribadi. Contohnya, bagaimana keadaan kesihatan dan keluarga sang Khalifah.
Mendengar pertanyaan yang bersifat peribadi itu, Umar tidak langsung menjawabnya, melainkan ia mematikan dahulu lilin besar yang menyala dengan terang. la kemudian menyalakan lampu minyak yang dimilikinya, meskipun nyalanya tidak seterang lilin tadi. Setelah itu, ia meminta tamunya itu mengulang kembali pertanyaan yang bersifat peribadi tersebut. Umar menjawab semua pertanyaan itu dengan baik.
Namun, yang membuat utusan itu agak heran dan ia langsung menanyakan kepada khalifah Umar adalah mengapa ia mengganti lilin yang terang dengan lampu minyak yang tidak terlalu terang ketika ia menanyakan tentang masalah yang bersifat peribadi?
Umar menjelaskan, "Wahai hamba Allah, lilin yang aku matikan itu adalah milik Allah dan kaum Muslimin. Saat aku bertanya kepadamu tentang keadaan rakyat dan permasalahan mereka, maka nyala lilin itu adalah untuk kemasalahatan atau kebaikan dan kepentingan mereka. Sementara, pertanyaan engkau tentang keadaan aku dan keluargaku, maka aku matikan lilin kaum Muslimin itu dan aku gunakan lampu minyak milikku sendiri."
Utusan itu sangat kagum terhadap sikap berhati-hati Khalifah Umar dalam menggunakan harta, hingga beliau benar-benar membezakan antara kepentingan peribadi dan keluarga dengan kepentingan negara.
Dari kisah di atas, pelajaran yang dapat kita ambil adalah:
1. Setiap pemimpin atau pejabat seharusnya sangat hati-hati dalam menggunakan dana dan fasiliti negara sehingga semua harta rakyat itu betul-betul digunakan untuk kemaslahatan rakyat.
2. Dalam kehidupan sekarang, banyak pemimpin yang tidak amanah, sudah diberi fasiliti yang lebih dari cukup, ternyata masih mengambil harta rakyat dengan melakukan rasuah.
Oleh: Drs. H. Ahmad Yani
